HatiQ sangat tergores saAt melihat wajah mu.....tapi aq jga tw yang sebaliknya kamu sangat...sangattt terluka ketika melihat wajah ku yang tak bisa kamu peluk kembali layaknya sbg kasih sayang seorang kekasih.
aq yakin...ne bkn lah perpisahan yang buruk bgi kita,tpi suatu jlan terbaik bgi kita yang telah telah di rencanakan Tuhan....dan biar bagaimana pun kmu takkan bisa aq lupakan slamanya,karna kmu adalah orng yang pernah singgah di lubuk hatiQ dan yang pernah mengisi hari-hariQ dengan keceriaan,canda dan tawa mu.......!!!!!
# i wiil always miss u 4ever #
>> sAng ManTann<<
sesulit dan sesusah apa pun hidup mu itu,jangan lah terlalu cepat dan mudah untuk menyerah.ttp lah andalkan Tuhan dan berserah lah kepada-Nya,bijaksanalah dan ttp semangat..!!!
Selasa, 08 Januari 2013
strategi pembelajaran ips
Pengertian
strategi pembelajaran
strategi dapat
diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan.
strategi pembelajaran
merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran.
Prinsip
pembelajaran IPS
A.
Integrated
Integrasi / keterpaduan. Dalam
pembelajaran IPS dapat. Dilakukan berdasarkan topik yang Terkait. Misal:
Ekonomi dengan kondisi geografis.
B.
Interaksi
Manusia sebagai makhluq social.
Manusia saling membutuhkan. Manusia saling bekerjasama
C.
Kesinambungan
Manusia dalam kehidupan. Terikat
dengan adat /tradisi. Kebudayaan suatu masyarakat. Berubah besar kecil maka
masyarakatpun. Akan mengalami perubahan
D.
Kontekstual
Sesuai dengan kondisi masyarakat
E.
Keterampilan Sosial
Bekerjasama, Tolong menolong, Gotong
royong
Peran guru dalam penetapan dan
pemilihan strategi pembelajaran
Kriteria
Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih
oleh guru selayaknya didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi,
kondisi dan lingkungan yang akan dihadapinya.
Pemilihan
strategi pembelajaran umumnya bertolak dari:
a.
rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
b.
analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan,
c.
jenis materi pelajaran yang akan dikomunikasikan.
Gerlach dan Ely (1990, him 173) menjelaskan pola umum pemilihan
strategi pembelajaran yang akan digambarkan melalui bagan berikut ini:
pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi,
efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.
1. Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2. Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapajauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif.
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapajauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif.
3. Keterlibatan Peserta Didik
Pada
dasamya keteriibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan
rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi
pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.
Jasa guru dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik sangatlah besar.
Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM),
serta mensejahterakan masyarakat demi kemajuan bangsa dan negara. Salah satu
peran guru dalam pembelajaran yaitu dapat memposisikan sebagai orang tua,
teman, fasilitator, pengembang kreativitas anak, motivator, dan lain-lain.
1. Peran Guru dalam Memahami Siswa
sebagai Dasar Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan proses pengembangan pribadi siswa, sehingga perkembangan siswa harus
menjadi dasar bagi pembelajaran. Aspek-aspek perkembangan siswa yang mencakup
perkembangan fisik dan motorik, kognitif, pribadi, dan sosial mempunyai
implikasi penting bagi proses pembelajaran. Implikasi itu menyangkut
pengembangan sisi dan strategi pembelajaran, dan kerja sama sekolah dengan
orang tua.
Proses
pembelajaran di sekolah dasar harus bersifat terpadu denagn perkembangan fisik
kognitif, sosial, moral, dan emosional. Pendidikan di sekolah dasar ini
berorientasi kepada isi, artinya menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan,
yaitu materi pelajaran. Pendekatan perkembangan dalam pembelajaran menekankan
pada kepadanan kurikulum dan proses pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan anak. Konsep pendekatan perkembangan ini ada dua dimensi, yaitu
dimensi umum dan individual. Sisi penting dari pendekatan perkembangan ini
adalah pengetahuan tentang faktor-faktor yang secara individu padan dengan anak
tertentu di dalam kelas.
2.
Peran Guru dalam Pengembangan Rancangan Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses
inkuiri dan reflektif, yang menekankan pentingnya pengalaman dan penghayatan
guru terhadap proses tersebut. Inkuiri di dalam pembelajaran mengandung makna
mempertanyakan, menjelajahi lebih jauh dan memperluas pemahaman tentang
situasi. Sedangkan refleksi mengimplementasikan adanya dugaan, penilaian dalam
pertimbangan faktor-faktor signifikan untuk mencapai tujuan. Rancangan
pembelajaran harus dikembangkan atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang
berorientasi pada perkembangan siswa. Perkembangan adalah tujuan pembelajaran,
rancangan pembelajaran baik rancangan jangka pendek maupun jangka panjang
mencakaup komponen-komponen sebagai berikut:
a. Analisis kurikulum, yaitu kegiatan untuk merumuskan
rencana dan bahan ajar yang lebih bermakna dan sesuai dengan perkembangan
peserta didik.
b. Tujuan pembelajaran; ada empat tipe tujuan
pembelajaran yaitu tujuan perilaku, tujuan pemecahan masalah, tujuan ekspresif,
dan tujuan afektif.
c. Rencana kegiatan berisi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
d. Rencana evaluasi, terdiri dari kegiatan evaluasi
sumatif dan evaluasi formatif.
3. Peran Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran dan Manajemen Kelas
Pembelajaran yang efektif terwujud dalam perubahan perilaku
peserta didik baik sebagai dampak instruksional maupun dampak pengiring. Proses
pembelajaran berlangsung dalam suatu adegan yang perlu ditata dan dikelola
menjadi suatu lingkungan atau kondisi belajar yang kondusif.
Pendekatan pluralistic dalam manajemen kelas memadukan
berbagai pendekatan, dan memandang manajemen kelas sebagai seperangkat kegiatan
untuk mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang efektif.
Masalah pengajaran dan manajemen kelas adalah dua hal yang
dapat dibedakan tetapi sulit dipisahkan. Keduanya saling terkait, dimana
manajemen kelas merupakan prasyarat bagi berlangsungnya proses pembelajaran
yang efektif. Lingkungan belajar dikembangkan dan dipelihara dengan
memperhatikan faktor keragaman dan perkembangan peserta didik. Manajemen kelas
dikembangkan melalui tahap-tahap perumusan kondisi ideal, analisis kesenjangan,
pemilihan strategi, dan penilaian efektivitas strategi. Penataan lingkungan
fisik kelas merupakan unsure penting dalam manajemen kelas karena memberikan pengaruh
pada perilaku guru dan peserta didik.
4. Peran Guru dalam Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi
adalah proses memeperoleh informasi untuk membentuk judgement dalam pengambilan
keputusan. Tahap-tahap evaluasi terdiri dari tahap persiapan evaluasi, tahap memperoleh
informasi yang diperlukan, tahap membentuk judgement, dan tahap menggunakan
judgement untuk mengambil keputusan. Informasi yang diperlukan untuk
kepentingan evaluasi dijaring dengan teknik-teknik inkuiri, observasi,
analisis, tes. Pemilihan teknik yang digunakan didasarkan atas jenis informasi
yang harus diungkap, sehingga dalam suatu evaluasi bisa digunakan berbagai
teknik sekaligus. Pengolahan hasil pengukuran atas hasil belajar dimaksudkan
untuk mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.
Dimensi strategi pembelajaran ips
1. Dimensi
Pengetahuan (Knowledge)
Setiap orang memiliki wawsan
tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Secara konseptual, pengetahuan (knowledge)
hendaknya mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) generalisasi yang dipahami
oleh siswa.
Fakta adalah data yang spesifik
tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam
pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya
yang terkait dengan kehidupan.
Pada dasarnya fakta yang disajikan
untuk para siswa hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan
berfikirnya. Secara umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa,
objek, dan hal-hal yang bersifat konkret. Oleh karena itu guru perlu
mengupayakan agar fakta disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas
masing-masing.Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok,
berkatagori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan.
2. Dimensi
Keterampilan (Skills)
Kecakapan mengolah dan menerapkan
informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa
menjadi warga Negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat
demokratis. Oleh karena itu, berikut uraian sejumlah keterampilan yang
diperlukan sehingga menjadi unsure dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran.
a.
Keterampilan Meneliti
Keterampilan
ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data. Secara umum penelitian
mencapkup sejumlah aktivitas sebagai berikut:
- Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu
- Mengumpulkan dan mengolah data
- Menafsirkan data
- Menganalisis data
- Menilai bukti-buki yang ditemukan
- Memyimpulkan
- Menerapkan hasil temuan dan konteks yang berbeda
- Membuat pertimbangan nilai
b.
Keterampilan Berpikir
Sejumlah
keterampilan berpikir banyak berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan
partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara efektif. Untuk mengembangkan
keterampilan berfikir pada diri siswa, perlu ada pengusaan terhadap
bagian-bagian yang lebih khusus dari keterampilan berfikir tersebut serta
melatihnya di kelas. Beberapa keterampilan berfikir yang perlu dikembangkan
oleh guru di kelas untuk para siswa meliputi:
- Mengkaji dan menilai data secara kritis
- Merencanakan
- Merumuskan faktor sebab dan akibat
- Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa
- Menyarankan apa yang akan ditembulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan
- Curah pendapat (brainstorming)
- Berspekulasi tentang masa depan
- Menyarankan berbagai solusi alternatif
- Mengajukan pendapat dan perspektif yang berbeda
c.
Keterampilan Partisipasi Sosial
Dalam
belajar IPS, siswa perlu dibelajarkan bagaiman berinteraksi dan bekerjasama
dengan orang lain. Keahlian bekerja dalam kelompok sangat penting karena dalam
kehidupan bermasyarakat begitu banyak orang menggantungkan hidup melalui
kelompok. Beberapa keterampilan partisipasi sosial yang perlu dibelajarkan oleh
guru meliputi:
- Mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain
- Menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
- Berbuat efektif sebagai anggota kelompok
- Mengambil berbagai peran kelompok
- Menerima kritik dan saran
- Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
d.
Keterampilan Berkomunikasi
Pengembangan
keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang penting dari pendekatan
pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap siswa perlu diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif, dan
kreatif. Walaupun bahasa tulis dan lisan telah menjadi alat berkomunikasi yang
paling biasa, guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk mengungkapkan
gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film, drama, seni (suara, tari,
lukis), pertunjukkan, foto, bahkan dalam bentuk peta. Para siswa hendaknya
dimotivasi agar menjadi pembicara dan pendengar yang baik.
3. Dimensi Nilai dan Sikap (Value
and Attitude)
Pada
hakekatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini
adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam
diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang ketika berpikir atau
bertindak. Umumnya, nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau
komunikasi antarindividu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan,
kelompok masyarakat atau persatuan dari orang-orang yang satu tujuan.
Heterogenitas
nilai yang ada di masyarakat tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru
dalam pembelajaran IPS di kelas. Di suatu pihak, nilai dapat masuk ke dalam
masyarakat dan tidak mungkin steril dari isu-isu yang menerpa dan terhindar
dalam masyarakat demokratis. Di pihak lain, tidak dipungkiri bahwa nilai
tertentu muncul dengan kekuatan yang sama dalam masyarakat dan menjadi
pembelajaran yang baik serta menjadi perlindungan dari berbagai penyimpangan
dan pengaruh luar. Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka
nilai dapat dibedakan atas nilai sustantif dan nilai prosedural.
a.
Nilai Substantif
Nilai
substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya
hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata.
Setiap orang memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan
keyakinannya tentang sesuatu hal.
Dalam
mempelajari nilai substantif, para siswa perlu memahami proses-proses,
lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat
demokratis. Dengan kata lain, siswa perlu mengetahui ada keragaman nilai dalam
masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai
tersebut.
Manfaat
lain dari belajar nilai substantif adalah siswa akan menyatakan bahwa dirinya
memiliki nilai tertentu. Guru harus menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang
beragam ke kelas sesuai dengan latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu,
guru perlu menyadari pula bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku
secara universal.
Program
pembelajaran IPS hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan, merefleksi, dan mengartikulasikan nilai-nilai yang dianutnya.
Proses ini tergantung pada nilai-nilai prosedural di kelas. Siswa hendaknya
memiliki hak mengambil posisi nilai mana yang akan dianut tanpa paksaan atau
menangguhkan keputusan dan tetap tidak mengambil keputusan. Dengan kata lain,
siswa hendaknya didorong untuk bersiap diri membenarkan posisinya, mendengarkan
kritikan yang ditujukan terhadap dirinya dan atau mengubah keputusannya bila
ada pertimbangan lain.
b.
Nilai Prosedural
Nilai-nilai
prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan,
toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai orang lain.
Nilai-nilai kunci ini merupakan nilai yang menyokong masyarakat demokratis,
seperti: toleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai bukti yang ada,
kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain. Apabila kelas IPS dimaksudkan
untuk mengembangkan partisipasi siswa secara efektif dan diharapkan semakin
memahami kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka siswa perlu
mengenal dan berlatih menerapkan nila-nilai tersebut.
Pembelajaran
yang mengaitkann pendidikan nilai ini secara eksplisit atau implisit hendaknya
telah ada dalam langkah-langkah atau proses pembelajaran dan tidaklah menjadi
bagian dari konten tersendiri. Dengan kata lain, nilai-nilai ini tidak perlu
dibelajarkan secara terpisah. Selain itu, masyarakat demokratis yang ideal
harus mampu mengungkapkan nilai-nilai pokok dalam proses pembelajaran bukan
hanya retorika semata bahkan harus menghormati harkat dan martabat manusia,
berkomitmen terhadap keadilan sosial, dan memperlakukan manusia sama
kedudukannya di depan hukum.
4.
Dimensi Tindakan (Action)
Tindakan
sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan
siswa menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pula dapat belajar secara
konkret dan praktis. Dengan belajar dari apa yang diketahui dan terpikirkan
tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan
dan bagaimana caranya, para siswa belajar menjadi warga Negara yang efektif di
masyarakat.
Dimensi
tindakan sosial dapat dibelajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas
kurikulum IPS. Dimensi tindakan social untuk pembelajaran IPS meliputi tiga
model aktivitas sebagai berikut.
- Percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di kelas seperti cara berorganisasi dan bekerja sama.
- Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan.
- Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri.
Proses pelaksanaan strategi
pembelajaran ips SD
i. Kegiatan
Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem
pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting.
ii. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu
kegiatan paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya
merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya
kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam
belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti.
iii. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik
merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal
istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student
Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih
berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara
langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
iv. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui
(a)apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum,dan
(b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
v. Kegiatan
Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu
hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik
oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja
terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata :
a. hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata
tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai
b. Peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang
berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)